Dolorosa Sinaga. Foto : Berita24/Rizqa Fajria Berita24 - Dolorosa Sinaga, perupa perempuan yang karyanya sudah terkenal di se...
Dolorosa Sinaga. Foto : Berita24/Rizqa Fajria |
Berita24 - Dolorosa Sinaga, perupa perempuan yang karyanya sudah terkenal di seluruh dunia, seniman feminis yang selalu menonjolkan sisi dramatis di setiap karyanya ini bercerita tentang pameran seni rupa kontemporer dengan tema Kitab Visual Ianfu di Somalaing Art Studio, kediamannya.
Sesuai tema, pameran ini berkisah tentang Ianfu, tragedi di masa lalu yang beruhubungan dengan penjajahan Jepang terhadap kaum perempuan. Tentang sejarah yang tak pernah tertulis di buku sejarah.
Kisah perbudakan yang biasa tertulis dan dibahas di buku sejarah selalu Romusha, kerja rodi yang diberlakukan saat itu. Tapi Ianfu? Apa pernah kita mendengarnya? Siapa atau apa Ianfu sebenarnya?
Sesuai tema, pameran ini berkisah tentang Ianfu, tragedi di masa lalu yang beruhubungan dengan penjajahan Jepang terhadap kaum perempuan. Tentang sejarah yang tak pernah tertulis di buku sejarah.
Kisah perbudakan yang biasa tertulis dan dibahas di buku sejarah selalu Romusha, kerja rodi yang diberlakukan saat itu. Tapi Ianfu? Apa pernah kita mendengarnya? Siapa atau apa Ianfu sebenarnya?
Ianfu adalah
sebutan kegiatan perbudakan seks yang dilakukan oleh militer / serdadu Jepang
kepada perempuan – perempuan di negara jajahannya, termasuk Indonesia. Berasal
dari kata Ian yang berarti kenyamanan / kesenangan dan fu yang artinya
perempuan.
Dolorosa menjelaskan, perbudakan seks ini dilakukan secara terorganisir,
Jepang memang membuatkan asrama perempuan agar perempuan – perempuan yang ada
didalamnya dapat melayani tentara mereka.
Jepang bahkan
memfasilitasi asrama tersebut dengan dokter yang memeriksa perempuan secara
rutin agar bersih dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Tidak ada catatan yang
pasti terkait korban Ianfu, namun jumlahnya berkisar 45.000 hingga 90.000
perempuan.
Menurut
kesaksian korban ianfu yang diceritakan Dolorosa, dalam satu hari mereka
menjadi budak seks selama dua sesi, dan setiap sesi ada 5 sampai 6 tentara yang
harus mereka layani.
Dolorosa dan
tim perupa serta Komite Ianfu Indonesia, menggelar pameran Ianfu juga dengan
tujuan agar kisah Ianfu bisa terdengar oleh generasi muda, agar lebih banyak
orang yang juga ikut peduli dengan kisah mereka yang diabaikan negara.
Masa
penjajahan memang selalu menghadirkan kisah pilu, namun yang lebih pilu adalah
ketika kebenaran tentang suatu peristiwa yang terjadi dalam skala besar, dibungkam
dan diabaikan oleh mereka yang tahu dan bertanggung jawab atas kejadian
tersebut.
Mau Kuliah dengan Beasiswa? Klik Disini
Penulis : Rizqa Fajria