Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Menentang Para Penguasa Myanmar, Para Demonstarn Lempar Sampah Ke Jalan

Berita 24 Indonesia, Yangon  - Akibat kekerasan yang terjadi di Myanmar sudah menelan korban lebih 500 orang tewas sejak kudeta milter 1 Fe...





Berita 24 Indonesia, Yangon
 - Akibat kekerasan yang terjadi di Myanmar sudah menelan korban lebih 500 orang tewas sejak kudeta milter 1 Februari. Para demonstran, Selasa ini (30/3/2021) meluncurkan 'serangan sampah' untuk menentang para penguasa. sehingga, sampah berserakan di jalan kota utama Myanmar.

Dari 14 warga yang tewas pada senin lalu, Asosiasi Bantuan Untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan bahwa setidaknya terdapat 8 orang di antaranya di Distrik Dagon Selatan, Yangon.

Para saksi mata mengatakan, petugas keamanan setempat menembakkan senjata kaliber yang jauh lebih berat dari biasanya pada senin lalu, untuk membersihkan para pengunjuk rasa. sampai saat ini keterangan belum dijelaskan senjata apa yang digunakan.

Stasiun Televisi Negara mengatakan, bahwa petugas keamanan mengugunakan 'Senjata Huru Hara' untuk membubarkan kerumunan terhadap ' orang-orang terorisme' yang menghancurkan trotoar . Media pemerintah mengenakan kata 'teroris' karna dijuluki para demonstran antikudeta.

Seorang warga Dagon Selatan dalam keterangannya hari ini mengatakan, bahwa terdengar banyak tembakan dari pasukan keamanan di daerah itu semalam, sehingga meningkatkan rasa kekhawatiran terhadap jatuhnya para korban lebih banyak.

" Ada penembakan sepanjang malam" Kata salah satu warga dagon selatan, dikutip reuters, Selasa (30/3/2021).

Menurut Reuters, penduduk setempat menemukan selasa pagi terdapat korban yang terbakar tubuhnya,  hal ini belum diketahui secara rinci apa yang terjadi, dan para militer Myanmar mengambil mayatnya

Polisi dan Juri Bicara Junta Militer Myanmar tidak menjawab panggilan untuk meminta komentarnya. 

Sekretaris Jendral PBB Antonio Gutters mendesak para Jendral Myanmar untuk menghentikan pembunuhan dan penindasan terhadap demonstrasi. 

Dalam taktir baru, para demonstrasi berusaha untuk meningkatkan kampanye pembengkangan sipil dengan meminta penduduk Myanmar untuk membuang sampah di persimpangan jalan utama.

" Aksi serangan sampah ini merupakan aksi untuk mentang Junta" tulis sebuah poster demonstarsi di media sosial. 





Langkah-langkah ini bertentangan dengan seruan yang dikeluarkan melalui pengeras suara dibeberapa lingkingan Yangon. Pada hari senin kemarin mendesak warga untuk membuang sampah dengan benar.

Sebagai tanda seruan tersebut bahwa, kemungkinan lebih banyak daya tariknya, terdapat tiga kelompok etnis ( Myanmar National Alliance Army, Tentara Arakan (AA), Ta'ang National Army) dalam surat bersama pada Selasa (30/3) meminta kepada para Militer Myanmar untuk menghentikan pembunuhan dan menyelesaikan isu-isu politik. Jika, para tentara militer tidak mendengarkannya, maka para demonstrasi akan berkerja sama dengan tiga kelompok etnis tersebut untuk dapat membela diri. 

" Pembunuhan brutal warga tak berdosa ini tidak bisa diterima" Ujar Khine Thu Kha Juru bicara AA melalui sebuah pesan di audio, dikutip reuters,  Selasa (30/3/2021).

Kelompok pemberontakan dari berbagai kelompok etnis telah bertempur melawan pemerintah pusat selama beberapa dekade untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar. Meskipun banyak kelompok setuju untuk gencatan senjata, pertempuran telah berkobar dalam beberapa hari terakhir antara tentara Myanmar dan pasukan etnis di timur dan utara.

Bentrokan hebat pecah pada akhir pekan di dekat perbatan Thailand antara tentara Myanmar dan milisi pasukan minoritas tertua Myanmar, yakni Uni Nasional Karen (KNU). 

Kelompok aktivis dan media Myanmar mengatakan bahwa, sekitar 3.000 penduduk desa melarikan diri ke Thailand, ketika jet militer mengebom area KNU. Setalah pasukan KNU menyerbu pos militer dan menewaskan 10 tentara. 

Pemerintah Thailand membantan terhadap kelompok aktivis, bahwa lebih dari 2.000 pengungsi telah di paksa kembali, tapi seorang pejabat Thailand mengatakan hal ini kebijakan pemerintah kepada angkatan darat untuk memblokir perbatasan dan menyangkal akses kelompok bantuan.

Militer Myanmar selama beberapa dekade membenarkan cengkramannya pada kekuasaan dengan mengatakan satu-satunya lembaga yang mampu mempertahankan persatuan nasional . kekuasaan pun di rampas terhadap pemilu Novemver 2020 yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi yang curang, pernyataan tersebut diberhentikan oleh komisi pemilihan.

Katherine Tai sebagai Perwakilan Perdagangan AS mengatakan, bahwa Amerika Serikat menunda smeua keterlibatan perdagangan dengan Myanmar sampai kembalinya pulih secara demokratis. 

Tambahan, Para krtitik luar negri dan sanki barat gagal mempengaruhi para Jendral dan Suu Kyii tetap didalam tahanan dan lokasi pun masih di rahasiakan. tokoh-tokoh lain pun di partainya juga di tahan . (Photo : Reuters | Penulis : Antania)






Reponsive Ads