Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Membuka Webinar VII PA GMNI: Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah " Bahayanya Berbagai Pikiran Ekslusif dan Radikalisme "

Berita 24 Indonesia - Wakil ketua MPR RI dan juga sekaligus ketua umum persatuan alumni (PA) GMNI Ahmad Basarah menghimbau akan bahayanya ...


Berita 24 Indonesia - Wakil ketua MPR RI dan juga sekaligus ketua umum persatuan alumni (PA) GMNI Ahmad Basarah menghimbau akan bahayanya berbagai pikiran ekslusif dan radikal yang dapat melahirkan sikap-sikap anti kebhinekaan, gotong royong, dan persatuan bangsa.

" Paham kebangsaan, globalisasi, serta politik identitas: meneguhkan kembali pancasial sebagai dasar negara dan sumber dari segala sumber hukum " Kata Wakil ketua MPR RI Ahmad Basarah, saat membuka webinar VII PA GMNI, Kamis (17/6/2021), dikutip dari laman resmi MPR RI. 

Kemudian di dalam webinar tersebut, Menkopolhukam Mahfud MD sebagai keynote speaker, menegaskan bahwa sikap dan pikiran ekslusif tidak bisa ditoleransi dalam kehidupan berbangsa yang berbhineka seperti di Indonesia. 

Mahfud memberi contoh, misal; terorisme lahir dari sikap-sikap eksklusif yang menjurus pada radikalisme dan intoleransi, yang wujud aktualnya adalah tindakan-tindakan jihadis dalam bentuk terorisme, dan kriminalitas.

" Terorisme membahayakan demokrasi, sebab pelakunya tidak menerima perbedaan yang diusung demokrasi. aksi-aksi terorisme menimbulkan ketakutan semua orang, sebab teror mereka mengancam fasilitas publik secara nasional bahkan internasional " Ujarnya

Lanjut Hariyano sebagai anggota dewan pakar nasional PA GMNI menanggapi perkataan Menkopolhukam mengatakan kaum nasionalisme ini tidak boleh berhenti untuk melakukan sosialisasi pancasila untuk menjadi antitesis dari pikiran-pikiran ekslusif yang bekembang di Indonesia.

" Jika kaum nasionalis hanya berdian diri, Indonesia di ambang bahaya, dikuasai oleh anak-anak bangsa yang berpikiran ekslusif " Jelas Hariyano.

Duta besar RI untuk Tunisia, Ikrar Nusa Bhakti mengatakan bahwa masyarakat Indonesia seharusnya bersyukur memiliki ideologi pancasila yang menyatukan perbedaan di antara anak-anak bangsa.

Lanjut Ikrar mengajak semua pihak untuk melihat keruntuhan Yugoslavia, Kejatuhan Jerman Timur, dan negara-negara pecah lainnya akibat perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

(Foto : BPIP)

 

Reponsive Ads