Berita 24 Indonesia - Pejabat serta peneliti Indonesia mengatakan mereka sedang bekerja sama untuk melestarikan hutan di pulau Jawa yang te...
Owa jawa juga
dikenal sebagai siamang keperakan, primata ini unik di Jawa Tengah dan Jawa Barat, di
mana ia berperan dalam regenerasi vegetasi hutan dengan menyebarkan biji.
Kelompok konservasi lokal SwaraOwa melacak populasi owa jawa,
mereka menemukan sekitar 400 owa hidup di cagar alam sepanjang 73 km di Hutan
Petungkriyono, Jawa Tengah.
Peneliti Arif Setiawan mengatakan sebanyak 70 kelompok terlihat
hidup secara teratur di hutan, jauh lebih banyak jika dibandingkan pada tahun 2012
yaitu hanya sekitar 50 kelompok tetapi tetap khawatir bahwa habitat mereka bisa
terancam.
“Ancaman
nyata saat ini adalah keutuhan hutan itu sendiri karena semakin banyaknya
aktivitas manusia,” kata Arif.
Konservasi International memperkirakan ada sekitar 4.000
owa jawa yang tersisa. Spesies
mereka terdaftar sebagai hewan
yang terancam punah di International Union for Conservation of Nature
Red List of Threatened Species.
SwaraOwa dan pemerintah mengadakan program sosialisasi
dengan masyarakat setempat setiap bulan dan memasang rambu larangan perburuan serta penebangan liar di
hutan.
Mereka juga bekerja dengan kepala desa setempat untuk
membudidayakan kopi yang ditanam sebagai bisnis, salah satu langkah praktik
yang dapat dilakukan pemerintah dan peneliti untuk mengurangi kerusakan hutan.
SwaraOwa juga menjalankan wisata alam termasuk akomodasi
bagi wisatawan yang berfokus pada kelestarian hutan. Hal ini juga sebagai salah satu sarana penyediaan sumber pendapatan alternatif bagi
penduduk setempat agar tidak
merusak lingkungan.
Selain daftar kerusakan hutan yang disebabkan oleh aktivitas manusia
terus menjadi masalah, masalah lainnya yang tidak mudah untuk diatasi adalah isu
perubahan iklim.
“Hujan masih turun padahal seharusnya musim kemarau dan itu
pada akhirnya akan berdampak pada vegetasi,” kata pejabat kehutanan setempat
Untoro Tri Kurniawan.
“Alih-alih musim berbuah, daun tumbuh, bunga yang seharusnya
menjadi buah gugur dan akhirnya berdampak pada hewan-hewan di Petungkriyono.” Tambahnya.
Sumber:
Reuters
Tags: Perubahan Iklim, Pelestarian Hutan, Konservasi Hutan, Pelestarian Habitat Hewan.